Makam La Tenri Lai’ To Sengngeng, sebuah situs bersejarah yang terletak di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Wajo. Penetapan ini merupakan hasil dari kajian ilmiah yang teliti dan komprehensif, yang mencerminkan pentingnya makam ini sebagai bagian integral dari warisan budaya dan sejarah masyarakat Wajo.
La Tenri Lai’ To Sengngeng adalah seorang Arung Matoa Wajo ke-23 yang dikenal atas kepahlawanan dan perlawannannya terhadap penjajahan Belanda. Ia dipercaya sebagai panglima perang yang gigih dalam Pertempuran Tosora pada abad ke-17, yang merupakan momen penting dalam sejarah Wajo[3]. Makam ini bukan hanya tempat peristirahatan terakhir bagi La Tenri Lai’, tetapi juga representasi kuat dari perjuangan dan martabat masyarakat Wajo.
Penetapan cagar budaya makam La Tenri Lai’ To Sengngeng didasarkan pada rekomendasi tim ahli yang melihat potensi makam ini sebagai sumber informasi historis dan budaya yang signifikan. Proses ini melibatkan survei lapangan, analisis dokumen sejarah, dan evaluasi kondisi fisik makam secara detail. Hal ini tercermin dalam surat penetapan nomor St-001/TACB-Wajo/24/06/2024, yang menegaskan status cagar budaya bagi makam ini[1].
Beberapa faktor utama yang mendukung penetapan cagar budaya makam La Tenri Lai’ To Sengngeng adalah:
Makam ini merupakan sisa-sisa perjuangan heroik La Tenri Lai’ To Sengngeng dan kelompoknya melawan penjajahan Belanda, membuatnya sangat relevan dengan narasi sejarah Indonesia[3]. Situs ini mengandung nilai-nilai budaya yang tak ternilai, termasuk tradisi pembangunan monumen peringatan dan ritual peziarahan yang masih dilestarikan sampai hari ini[4]. Makam ini memiliki struktur yang unik dan kompleks, dengan detail arsitektural yang patut direnungkan. Kontribusi ini penting dalam bidang arkeologi dan preservasi bangunan bersejarah[1].
Untuk memastikan perlindungan dan pengembangan makam La Tenri Lai’ To Sengngeng sebagai cagar budaya, tim ahli merekomendasikan beberapa langkah strategis:
Edukasikan masyarakat lokal maupun internasional tentang pentingnya makam ini sebagai sumber warisan budaya dan sejarah[1]. Lakukan perawatan fisik reguler terhadap makam dan lingkungannya untuk mencegah kerusakan dan menjaga integritas struktur[4]. Bangun infrastruktur pendukung seperti tempat parkir, toilet, dan area istirahat untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung tanpa merusak situs[1].
Penetapan cagar budaya makam La Tenri Lai’ To Sengngeng merupakan langkah strategis dalam melestarikan warisan budaya dan sejarah masyarakat Wajo. Dengan adopsi rekomendasi tim ahli, kami percaya bahwa makam ini akan terus menjadi sumber inspirasi dan identitas budaya bagi generasi mendatang. Melalui usaha solidaritas dan partisipasi aktif dari masyarakat, makam ini pasti akan tetap lestari sebagai simbol perjuangan dan martabat bangsa.
Referensi:
[1] https://www.kliksulsel.com/2019/11/tim-ahli-tetapkan-tiga-lokasi-cagar.html
[2] https://www.liputanindonesia.co.id/p/liputan-hari-ini.html
[3] https://mediabahana.com/2021/11/10/momentum-hari-pahlawan-pemerhati-budaya-wajo-dorong-pemerintah-usulkan-arung-matoa-wajo-ke-23-jadi-pahlawan-nasional/
[4] http://repositori.uin-alauddin.ac.id/25179/1/AMHARDIANTI_80100219054.pdf
[5] https://repositori.kemdikbud.go.id/8215/1/SITUS%20TOSORA%20SEBAGAI%20KAWASAN%20CAGAR%20BUDAYA%20DIKABUPATEN%20WAJO.pdf
[6] https://sisparnas.kemenparekraf.go.id/p/122383
[7] https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_cagar_budaya_di_Indonesia
[8] https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Daftar_cagar_budaya_di_Indonesia
[9] http://repositori.uin-alauddin.ac.id/27236/1/40200118098%20TITA%20IRSANI%20DAMAYANTI.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar