Makam La Tenri Lai To Senggeng merupakan salah satu situs
cagar budaya penting di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, yang
merepresentasikan warisan Kerajaan Wajo abad ke-17. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis nilai historis, arsitektural, dan upaya pelestarian makam
melalui pengolahan data arkeologi, filologi, dan antropologi. Hasil kajian
menunjukkan bahwa situs ini memiliki signifikansi sebagai simbol perlawanan
terhadap kolonialisme serta kekayaan budaya Bugis. Tantangan utama pelestarian
meliputi keterbatasan sumber daya manusia dan belum adanya regulasi zonasi
kawasan. Rekomendasi mencakup penguatan peran pemerintah daerah dan integrasi
masyarakat dalam strategi konservasi.
Kabupaten Wajo menyimpan kekayaan arkeologis sebagai bukti
kejayaan Kerajaan Wajo, salah satunya Kompleks Makam La Tenri Lai To Senggeng
di Desa Tosora. La Tenri Lai To Senggeng adalah Arung Matowa Wajo ke-XXIII
(1658–1670) yang memimpin perlawanan terhadap VOC dan sekutu lokalnya[1][2]. Situs ini menjadi saksi sejarah pertahanan kedaulatan
Wajo, sekaligus merefleksikan transformasi budaya pra-Islam ke Islam.
Penelitian ini mengkaji proses dokumentasi, analisis data, dan strategi
pelestarian untuk memastikan keberlanjutan nilai sejarahnya.
1. Nilai Historis dan Arsitektural
·
Konteks Sejarah: La Tenri Lai To Senggeng memindahkan
ibu kota Wajo ke Tosora dan memimpin Perang Tosora (1670) melawan
VOC-Bone-Soppeng. Kekalahan dalam perang ini mengakhiri kemerdekaan Wajo[2][6].
·
Struktur Makam:
o Terdapat 44 makam dalam kompleks seluas
30,7 mdpl, dengan nisan berbentuk pedang, meriam, dan menhir setinggi 43–164 cm[4].
o Makam La Tenri Lai ditandai nisan
meriam dan jirat batu persegi, menggunakan material batu sedimen[4].
o Pola pemukiman sekitar mengikuti
struktur kota Islam abad ke-17: masjid, istana, dan alun-alun[1][7].
2. Transformasi Budaya
·
Pra-Islam ke Islam: Nisan menhir pra-Islam berorientasi
timur-barat ditemukan berdampingan dengan makam Islam, menunjukkan akulturasi
budaya[5].
·
Simbol Perlawanan: Makam ini menjadi ikon resistensi
terhadap kolonialisme, diusulkan sebagai calon pahlawan nasional[2].
3. Tantangan Pelestarian
·
Regulasi: Belum ada Perda tentang Cagar Budaya dan zonasi kawasan[1].
·
Ancaman: Alih fungsi lahan untuk permukiman dan pertanian[1].
·
Dokumentasi: Data arkeologis terbatas, terutama temuan keramik dan
gerabah abad ke-17[1][7].
4. Rekomendasi Pelestarian
·
Institusional:
o Penyusunan Rencana Induk Pelestarian
berbasis partisipasi masyarakat[3].
o Pelatihan SDM untuk pemeliharaan situs[1].
·
Edukasi: Integrasi sejarah lokal dalam kurikulum sekolah.
·
Wisata Budaya: Pengembangan paket wisata religi dengan jalur terpadu
(makam, masjid tua, benteng)[7][6].
Kesimpulan
Makam La Tenri Lai To Senggeng merepresentasikan warisan
multikultural dan ketahanan politik Kerajaan Wajo. Pelestariannya memerlukan
sinergi antara dokumentasi ilmiah, penguatan regulasi, dan pemberdayaan
masyarakat. Situs ini berpotensi menjadi destinasi edukasi sejarah dan
penguatan identitas budaya Bugis.
Daftar Pustaka
1. Balai Arkeologi Makassar (2012). Situs Tosora sebagai Kawasan Cagar Budaya.
2. Wikipedia (2022). Kompleks Makam La Tenrilai Tosengngeng.
3. Media Bahana (2021). Proposal La Tenri Lai sebagai Pahlawan
Nasional.
4. Hadrawi, M. (2023). Jejak Syekh Jamaluddin Al-Akbar di Tosora.
5. Amhardianti (2022). Eksistensi Masjid Tua Tosora sebagai Cagar
Budaya.
6. Blog Sejarah Mesjid Tua Tosora (2016). Tosora dan Sejarah di Baliknya.
7. Hipermawakoppnup (2020). Kunjungan Situs Budaya Wajo.
Daftar Refernsi Internet
1.
https://repositori.kemdikbud.go.id/8215/1/SITUS TOSORA
SEBAGAI KAWASAN CAGAR BUDAYA DIKABUPATEN WAJO.pdf
2.
https://mediabahana.com/2021/11/10/momentum-hari-pahlawan-pemerhati-budaya-wajo-dorong-pemerintah-usulkan-arung-matoa-wajo-ke-23-jadi-pahlawan-nasional/
3.
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/25179/1/AMHARDIANTI_80100219054.pdf
4.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kompleks_makam_La_Tenrilai_Tosengngeng
5.
https://ejournal.brin.go.id/berkalaarkeologi/article/download/334/3110/12706
6.
https://www.hipermawakoppnup.org/2020/02/kunjungan-situs-budaya.html
7.
http://sejarahmesjidtuatosora.blogspot.com/2016/08/tosora-dan-sejarah-dibaliknya.html